Pendekatan PAN dapat dipakai untuk semua matakuliah, dari matakuliah yang paling teoritis (penuh dengan materi kognitif) sampai ke matakuliah yang praktis (penuh dengan materi ketrampilan). Angka-angka hasil pengukuran yang menyatakan penguasaan kompetensi-kompetensi kognitif, ketrampilan, dan bahkan sikap yang dimiliki atau dicapai oleh sekelompok mahasiswa sebagai hasil dari suatu pengajaran, dapat di kurvekan. Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh prosedur yang sederhana. Setelah pengajaran diselenggarakan, kelompok mahasiswa yang menerima pengajaran tersebut menjawab soal-soal atau melaksanakan tugas-tugas tertentu yang dimaksudkan sebagai ujian. Hasil ujian ini diperiksa dan angka tersebut disusun dalam bentuk kurve. Kurve dan segala hasil perhitungan yang menyertai (terutama angka rata-rata dan simpangan bakul) dapat segera dipakai dalam PAN.
Pendekatan PAP tidak berorientasi pada “apa adanya” pendektan ini tidak semata-mata mempergunakan angka rata-rata yang dihasilkan oleh kelompok yang diuji, melainkan telah terlebih dahulu menetapkan kriteria keberhasilan, yaitu “batas lulus” penguasaan bahan pelajaran, dan dalam proses pengajaran. Tenaga pengajar tidak begitu saja membiarkan mahasiswa menjalani sendiri proses belajarnya, melainkan terus menerus secara langsung ataupun tidak langsung merangsang dan memeriksa kemajuan belajar mahasiswa serta membantunya melewati tahap-tahap secara berhasil. Proses pengajaran yang menjadi kegiatan PAP dikenal adanya ujian pembinaan (formative test) dan ujian akhir (summative test). Ujian pembinaan dilaksanakan pada tahap tersebut. Usaha ini akan mencegah mahasiswa dari keadaan terlanjur tidak menguasai dengan baik bahan kompetensi dari tahap yang satu ke tahap berikutnya seperti dituntut oleh TKP. Hasil ujian pembinaan ini dipakai sebagai petunjuk (indikator) apakah mahasiswa tertentu memerlukan bantuan dalam menjalankan proses belajarnya atau tidak. Ujian akhir dilaksanakan pada akhir proses pengajaran. Ujian ini meliputisemua bahan yang diajarkan dalam keseluruhan proses pengajaran dengan tujuan menguji apakah mahasiswa telah menguasai seluruh bahan yang diajarkan itu dengan baik. Ujian akhir ini didasarkan sepenuhnya pada TKP. Jika ujian pembinaan benar-benar diselenggarakan dan hasil-hasilnya dipakai untuk membantu mahasiswa yang memerlukan, maka PAP menekankan bukan hanya pada segi mutu hasil belajar mahasiswa tetapi juga pada segi mutu hasil belajar mahasiswa tetapi juga pada segi banyaknya mahasiswa yang berhasil. Sebanyak mungkin mahasiswa dirangsang dan dibantu untuk mencapai penguasaan kompetensi yang tinggi.
Penilaian Acuan Normatif (PAN)
Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.
Contoh: Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai mentah):
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)!
Tabel. 1
Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah)
Nilai mentah | 50 | 45 | 45 | 40 | 40 | 40 | 35 | 35 | 30 |
Persentase jawaban yang benar | 83,3 | 75,0 | 75,0 | 66,7 | 66,7 | 66,7 | 58,5 | 58,5 | 50,0 |
Nilai (1-10) | 10 | 9 | 9 | 8 | 8 | 8 | 7 | 7 | 6 |
Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0% harganya adalah (75,0%/83,3%) x 10 = 9,0.
Dapat juga dicari faktor pengali terlebih dahulu, yaitu:
83,3% adalah 10 atau (83,3/100) x n = 10 atau n = 12. Jadi faktor pengalinya adalah 12, sehingga 66,7% pada nilai (1-10) adalah 66,7% x 12 = 7,9 atau 8.
Penilaian Acuan Patokan ( PAP )
Penilaian Acuan Patokan (PAP) didasarkan pada adanya tujuan instruksional yang dapat diukur. Tujuan inilah yang dipedomani untuk melaksanakan pembelajaran dan untuk mengembangkan (menulis) alat ukur. Dengan kata lain apa yang direncanakan, maka dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan diukur untuk menentukan apakah proses pembelajaran sudah mencapai tujuan.
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan.
PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
Pada cara ini hanya mereka yang telah menguasai paling sedikit sekian persen soal-soal yang ditanyakan, siswa yang dianggap menguasai materi yang ditanyakan itu. Batas kelulusan itu misalnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebanyak 75%. Bila hendak dikonversi terhadap nilai A, B, C, D atau E, dapat menggunakan pedoman berikut:
Tabel. 4
Konversi Angka terhadap Nilai
Angka | Nilai (Huruf) |
95 – 100 87 – 94 75 – 86 60 – 74 <> | A B C D E (Gagal) |
Pengelompokan nilai-nilai mentah kedalam huruf-huruf tersebut tanpa adanya alasan ilmiah, hanya rasional saja.
Pengembangan Butir Soal untuk PAP
Pengembangan butir soal untuk PAP tingkat kesukarannya tidak diperhatikan karena maksud soal ini bukan membedakan siswa yang pandai dari siswa yang kurang, tetapi melihat penguasaan seseorang terhadap bahan atau tujuan instruksional. Juga daya pembeda tidak diperhatikan dalam PAP, tetapi yang menjadi perhatian ialah daya serap siswa.
PAN dan PAP, keduanya digunakan dalam penilaian kognitif (pengetahuan). Kedua pendekatan ini akhirnya dapat menggunakan angka (1-10) atau (1-100) atau A, B, C, D, E. Sedangkan penilaian untuk yang non kognitif (sikap, keberhasilan, disiplin misalnya) dinyatakan secara verbal seperti baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali
Perbandingan PAP dan PAN
No. | Penilaian Acuan Patokan (PAP) | Penilaian Acuan Normatif (PAN) |
1. | PAP digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap tujuan yang direncanakan | PAN digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap kemampuan peserta lain |
2. | Tidak memperdulikan perbedaan individual | Perbedaan individual mendapat penekanan dalam PAN |
3. | Keragaman bukan menjadi faktor penentu dalam PAP, walaupun pada akhirnya tes-tes akan membedakan peserta yang telah menguasai dan belum menguasai | Pengembang PAN berupaya untuk menghasilkan tes-tes yang menghasilkan keragaman yang cukup berarti |
4. | PAP secara khusus menekankan pada ranah (kawasan ) tertentu yang harus dipelajari peserta didik | PAN mengukur kompetensi umum peserta didik |
5. | Butir-butir soal ditulis berdasarkan pengelompokkan, setiap kelompok terpusat pada tujuan tertentu | PAN menghasilkan penguasaan peserta didik secara umum dalam bidang pembelajaran tertentu |
6. | PAP memberikan indikator yang lebih meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai | PAN memberikan hasil pengukuran yang meyakinkan terhadap penguasaan secara umum mengenai pembelajaran |
7. | PAP memiliki standar penguasaan untuk semua peserta yaitu berhasil atau gagal | PAN memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius |
8. | PAP memberikan penjelasan tentang penguasaan kelompok terhadap satu atau sejumlah tujuan | PAN memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok |
9. | Mudah menentukan materi yang belum dikuasai peserta didik dan mudah memberikan bantuan untuk menguasainya | Sukar menentukan dan memberi bantuan materi yang belum dikuasai peserta didik |
10 | Baik PAP maupun PAN diperlukan dalam pengukuran, karena keputusan yang tepat untuk memilih alat ukur yang digunakan akan sangat menentukan, misal alat ukur untuk UN berbeda dengan alat ukur untuk UMPT |
0 komentar :
Posting Komentar