Kamis, 30 Desember 2010

0
FERTILISASI, CLEAVAGE DAN IMPLANTASI




A.     Fertilisasi
Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru.
Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n)
Seluruh proses reproduksi seksual berpusat pada kejadian fertilisasi atau pembuahan, namun demikian fertilisasi tersendiri bukan suatu proses reproduksi. Sebaliknya, fertilisasi  terdiri dari penyatuan atau fusi dua sel, gamet-gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel zygote. Fertilisasi adalah proses ganda:
§         Dalam aspek embriologik, fertilisasi meliputi pengaktifan ovum oleh sprematozoa. Tanpa rangsangan fertilisasi, ovum tidak akan memulai “cleavage” dan tidak ada perkembangan embrional.
§         Dalam aspek genetik, fertilisasi meliputi pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke dalam ovum. Di sinilah terletak manfaaat perkawinan untuk menyatukan faktor-faktor unggul ke dalam satu individu baru.
Pada hampir semua mamalia, fertilisasi dimulai sesudah “badan kutub” pertama disingkirkan, sehingga sperma menembus dan masuk ke dalam ovum sewaktu pembelahan reduksi kedua sedang berlangsung.
Sesudah perkawinan, sperma diangkut ke tuba falopii dalam waktu 15 menit. Volume semen maupun jumlah sperma sangat penting untuk memperoleh angka kosepsi yang tinggi. Semen cepat menghilang dari uterus selama 2 jam pertama dan sperma dalam kosentrasi tinggi masih terdapat pada pertemuan uterobutal. Kebutuhan akan kapasitasi sperma babi sebelum fertilisasi masih berupa suatu tanda-tanya. Fertilisasi terjadi paling cepat 2-3 jam sesudah inseminasi.
Suatu penyatuan terjadi antara infudibulum dengan cumulus oopurus yang mengelilingi ovum. Akan tetapi cumulus oopurus segera tanggal. Ova diangkut dengan segera melalui ampula tuba falopii tetapi kemudian tertahan dibagian bawah tuba falopii dan tidak memasuki uterus sampai sekitar 3 hari sesudah permulaan estrus.

B.     Cleavage(Pembelahan) dan Perkembangan Embrional
Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula.
Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal
Pada Hewan, pembelahan pertama dan kedua dari ova yang telah di buahi terjadi semasa ova berada di dalam tuba falopii. Secara normal, embrio berada pada tahap 4 sel dalam masa pembangunannya sewaktu memasuki uterus. Embrio-embrio tidak segera di distribusikan ke seluruh uterus akan tetapi untuk sementara di tahan di bagian anterior cornua uteri. Cleavage telah mencapai tingkatan morula pada hari ke-5 sampai hari ke-6 sesudah permulaan estrus dan pembentukan blastocyst dengan penghilangan zona pellucida terjadi pada hari ke-6 sampai hari ke-8. Pemanjangan blastocyst terjadi sebelum implantasi. Sesudah pemanjangan chorion, embrio didistribusikan secara merata di dalam cornua uteri. Panjang uterus bertambah dengan cepat dari hari ke-2 sampai hari ke-6 sesudah permulaan estrus. Suatu pertambahan berat uterus linear terjadi selama masa kebuntingan. Ruangan yang tersedia di dalam uterus mempengaruhi jumlah anak pada kebuntingan muda tetapi cukup menentukan pada umur kebuntingan 105 hari (Fenton et al., dikutip dari Toelihere, 1993).

C.     Implantasi
Embrio dikatakan atau di implantasikan apabila posisinya telah difikser dan kontak fisik dengan organisme induk telah ditetapkan. Istilah implantasi mungkin lebih sesuai untuk jenis-jenis hewan dimana embrio tertanam dalam dinding uterus. Pada babi discus embrional selalu terletak pada sisi anti-mesometrail di dalam corna uteri. Sebaliknya, pada akhir kebuntingan jumlah embrio dalam posisi yang menghadap ke atas atau ke bawah di dalam corna uteri akan sama banyak.

D.    Jalannya Implantasi
Periode permulaan pertautan berlangsung dari kira-kira hari ke-12 sampai hari ke-24 sesudah fertilisasi. Menjelang sekitar hari ke-7 zona pellucida di sekeliling blastocyst telang tanggal, sehingga sel-sel trophoblast berkontak langsung dengan spithel uterus. Trophoblast kini mulai memperbanyak diri secara cepat, yang menyebabkan perlipatan dinding trophoblast, mungkin karena akumulasi cairan di dalam rongga blastocyst tidak dapat mengikuti kecepatan pengembangan dinding.
Endodern mulai muncul dan blastocyst berubah dalam beberapa hari dari suatu gelembung bulat kecil menjadi suatu pipa berbentuk benang yang sangat memanjang, kadang-kadang mencapai panjang beberapa kaki. Discus embrional menempati suatu bagian yang membesar pendek di pertengahan pipa. Pada saat tersebut dinding uterus berlipat-lipat dalam dan lapisan luar (chorin) dari blastocyst yang memanjang diperhadapkan pada epithel uterus, mengikuti jalannya lipatan-lipatan. Selama periode ini makanan embrio tergantung pada absorpsi hitotrof atau “susu uterus”. Blastocyst yang panjang menjamin suatu permukaan absorptif yang luas untuk maksud tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Muhamad. H., dkk. Sebaran Antiaglutinin Spermatozoa Dalam Plasma Yang Dikoleksi Dari Epididimis Dan Ejakulat Pada Babi. Jurnal Veteriner. Volume :  8 - No.1
Partodihahardjo, S., 1992. Ilmu Reproduksi hewan. Mutiara, Jakarta.
Sudarwati, Sri.dkk. 1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan Hewan. Bandung: Penerbit ITB
Suyadnya. EFFECT OF TIME AND FREQUENCY OF MATING TO THE NUMBER AND MORTALITY OF EMBRYOS IN BALI GILTS”. Laboratory of Animal Reproduction, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University. Majalah Ilmiah Peternakan. 2006. Volume : 9- No.2
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito


Download File lengkapnya dengan mengklik gambar berikut

0 komentar :

Posting Komentar

Berita di BEM STKIP Hamzanwadi Selong

Berita dan Fakta Ilmiah Harian

 
HMPS Pendidikan Biologi STKIP Hamzanwadi Selong | © 2010 by derajad | Supported by duaderajad & Free Themes